Rabu, 17 Agustus 2011

Cinta Rasul Kepada Umatnya sampai Detik-Detik Wafatnya

Rasulullah mulai diutus pada hari Senin dan wafatnyapun pada hari Senin juga. Tatkala pada hari Senin itu, penyakit beliau bertambah berat. Maka setelah Bilal selesai adzan Subuh, dia pergi menghampiri pintu rumah Rasulullah Saw. Sambil mengucapkan salam: “ Assalaamu ‘alaika yaa Rasulullah!”.
Siti Fathimah menjawab; “ Rasulullah masih sibuk dengan dirinya sendiri. Bilal terus kembali masuk masjid dan dia tidak memahami kata-kata Fathimah. Ketika waktu Subuh makin terang, Bilal datang lagi menghampiri pintu rumah Rasulullah Saw dan bersalam seperti semula, dan Rasulullah yang mendengar suara Bilal itu, maka beliau bersabda: “ Masukklah hai Bilal, sungguh aku masih sedang sibuk terhadap diriku sendiri dan penyakitku rasanya bertambah berat. Maka suruhlah agar Abu Bakar agar supaya shalat berjama’ah dengan orang-orang yang hadir”.
Bilalpun keluar sambil menangis dan meletakkan tangannya diatas kepala, sambil mengeluh: “Aduh musibah, susah, terputus harapan, telah habis hilang tempat tujuan, andai kata ibuku tidak melahirkan aku”. Bilal terus masuk masjid dan berkata: “ Hai sahabat Abu Bakar sungguh Rasulullah menyuruh engkau agar supaya shalat bersama-sama dengan orang yang hadir, karena beliau sibuk mengurusi dirinya sedang sakit”.
Ketika Abu Bakar melihat mihrab/tempat shalat imam kosong dan nabi Saw tidak hadir, maka tidak tertahan dirinya lalu menjerit keras sekali dan jatuh tersungkur karena pingsan. Maka ributlah kaum muslimin yang ada pada waktu itu, sehingga Rasulullah Saw mendengarkan keributan mereka dan bertanya: “Hai Fathimah, mengapa pagi ini dan apakah keributan disana itu?.”
Siti Fathimah menjawab: “ Keributan disana itu ialah kaum muslimin sendiri, karena engkau tidak ada hadir.”
Maka Rasulullah memanggil Ali dan Fadhal bin Abas lalu beliau bersandar pada keduanya dan keluar ke masjid lalu shalat bersama-sama dengan mereka dua raka’at fajar dinihari Senin itu. Selesai shalat beliau berpaling kebelakang kepada orang-orang dan bersabda: “ Hai kaum Muslimin, kamu semua didalam pemeliharaan dan pertolongan Allah. Oleh sebab itu bertaqwalah kamu kepada Allah serta mentaati-Nya, maka sesungguhnya saya akan meninggalkan dunia ini, dan hari ini hari pertamaku di akhirat dan hari terakhir bagiku didunia”. Lalu Rasulullah berdiri dan pulang kerumahnya.

Kemudian Allah ta’ala memberi wahyu/perintah kepada malaikat ‘Izrail: “ Turunlah engkau kepada kekasihku dengan sebaik-baik bentuk, dan lakukan dengan halus dalam mencabut ruhnya; kalau dia mengijinkan kamu masuk, masuklah dan kalau tidak mengijinkan jangan masuk kembalilah.”
Maka Malaikat ‘Izrailpun turun dengan bentuk seperti orang Arab Badui desa, seraya mengucapkan: “ Assalaamu ‘alaikum yaa ahli baitin nubuwwati wa ma’danir risaalati a adkhulu?” = Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu sekalian, wahai penghuni rumah kenabian dan sumber risalah, apakah saya boleh masuk?”.
Siti Fathimah menjawab: “Hai hamba Allah/hai fulan, sungguh Rasulullah sedang sibuk dengan derita sakitnya”. Dan Malaikat ‘Izrail memanggil yang kedua dengan ucapannya: “Assalaamu ‘alaikum yaa Rasulullah wa yaa ahla baitinnubuwwati a adkhulu?” = Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu wahai Rasulullah, dan semua penghuni rumah kenabian”, apakah saya boleh masuk?”.
Maka Rasulullah Saw mendengarkan suara Malaikat ‘Izrail itu dan bersabda: “ Hai Fathimah, siapakah yang berada dipintu?. Siti Fathimah menjawab: “Seorang Arab Badui yang memanggil dan telah aku katakan: “Bahwa Rasulullah sedang sibuk menderita sakitnya; kemudian memanggil lagi yang ketiga kali seperti itu juga, maka dia memandang dengan tajam kepadaku, sehingga menggigil gemetar badanku, terasa takut hatiku dan bergeraklah sendi-sendi tulangku seakan akan hampir berpisah satu sama lainnya serta berubahlah menjadi pucat warnaku”.
Rasulullah bersabda: “Tahukah engkau wahai Fathimah, siapa itu dia?.
Siti Fathimah menjawab: “Tidak”.
Rasulullah Saw bersabda: “ Dia adalah Malaikat yang memutuskan semua kenikmatan dunia, yang memutus segala macam nafsu, yang memutuskan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta yang meramaikan keadaan kuburan.
Maka menangislah Siti Fathimah Ra dengan tangisan yang keras sekali sambil berkata: “Aduhai celaka nantinya, sebab kematiannya nabi terakhir dan sungguh bencana besar dengan wafatnya orang yang paling taqwa, terputusnya dari pemimpinnya pada orang-orang yang suci; serta penyesalanlah bagi kami karena terputusnya wahyu dari langit, maka sungguh saya telah terhalang mendengarkan perkataan engkau, dan tidak lagi bisa mendengarkan salam engkau sesudah hari ini.”
Rasulullah Saw berkata: “Jangan engkau menagis Fathimah, karena sesungguhnya engkaulah dari antara keluargaku yang pertama berjumpa dengan aku”. Selanjutnya Rasulullah bersabda: “Masuklah engkau hai Malaikat Maut (‘Izrail)!”.
Maka Malaikatpun masuk sambil mengucapkan : “Assalaamu ‘alaika yaa Rasulullah”.
Rasulullah Saw menjawab: “ Wa ‘alaikas salaamu, hai Malaikat Maut; engkau datang untuk menggunjungiku atau untuk mencabut nyawaku?”.
Kata Malaikat Izrail: “Saya datang untuk menggunjungimu dan untuk mencabut nyawa, sekiranya engkau mengijinkan, kalau tidak maka saya akan kembali”.
Kata Rasulullah Saw.: “ Hai Malaikat Izrail, dimana Jibril engkau tinggalkan?.
Kata Izrail: “Dia saya tinggalkan dilangit dunia, dan para malaikat sedang menghormat dan memuliakan dia”. Tidak lama berselang Malaikat Jibrilpun turun dan duduk didekat kepala Rasulullah Saw.
Kata Rasulullah Saw: “Tahukah engkau kalau bahwa ajalku telah dekat?”.
Jawab Malaikat Jibril : “Ya tahu”.
Kata Rasulullah Saw: “Beritahukanlah kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku disisi Allah!.”
Berkata Jibril : “Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat berbaris rapi menanti rohmu di langit. Semua pintu surga telah dibuka lebar menanti kehadiran rohmu.”
Tapi jaminan itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah merasa lega. Matanya masih penuh kecemasan. “ Engkau tidak gembira mendengar khabar ini?,” tanya Jibrail lagi.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?,” tanya Nabi Muhammad.
”aku pernah mendengar Allah SWT telah berfirman : “Sesungguhnya aku telah melarang semua para Nabi masuk ke dalam surga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki surga sebelum
umatmu memasuki terlebih dahulu.”, jawab jibril
Kata Nabi Saw.: “Sekarang telah lega hatiku dan hilanglah rasa susahku”. Kemudian beliau berkata pula: “Hai Malaikat Maut, mendekatlah kepadaku!”.
Malaikat ‘Izrail mendekat dan mulai melaksanakan mencabut ruh beliau

Jibril nampak mengalihkan pandangan dari Rasulullah SAW, ketika mendengar kata-kata Beliau. Melihat sikap Jibril itu Rasulullah SAW pun berkata :
“Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka melihat wajahku?”
Jibril berkata : “Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu
di kala engkau dalam sakaratul maut ?”
Kemudian terdengar rasul memekik karena sakit yang tak tertahankan. "Ya Allah, dasyat nian maut ini, timpahkan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku".
Badan rasul mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali segera mendekatkan telinganya, " Uushikum bis shalati, wa maa malakat aymanukum. Peliharalah sholat dan peliharalah orang-orang lemah diantara kamu"

Di luar pintu tangispun mulai terdengar bersahutan. Sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya. Dan Ali kembali mendekatkan telinga di bibir rasul yang mulai kebiruan, " Ummatii..., ummatii...., ummatii...,"

Maka ruh Rasulullah Saw. dicabut tepat pada hari Senin bulan Rabii’il Awwal.

Diriwayatkan bahwa, Ali telah membaringkan jenazah Rasulullah Saw. untuk dimandikan, tiba-tiba ada suara dari sudut rumah yang mengatakan dengan keras sekali: “Muhammad jangan engkau mandikan, karena dia sudah suci dan disucikan”. Maka timbul keragu-raguan pada diri Ali terhadap suara itu.
Kata Ali: “Siapa engkau sebenarnya, karena sesungguhnya Nabi Saw telah perintah untuk memandikan”.
Tiba-tiba ada suara lain yang mengatakan: “Wahai Ali mandikanlah dia (Muhammad), karena sesungguhnya suara yang pertama tadi adalah suara Iblis terkutuk, sebab dengki terhadap Muhammad, maka dia bermaksud agar supaya beliau dimasukkan didalam kubur tanpa dimandikan”.
Kata Ali Ra. “Semoga Allah membalas kebaikan kepadamu, sebab engkau tadi telah memberitahukan bahwa tadi itu suara Iblis terkutuk, maka siapakah engkau?”.
Suara itu menjawab: “Saya adalah nabi Khidhir, menghadiri jenazah Nabi Muhammad Saw.”
Selanjutnya Ali Ra. memandikan jasad Nabi Muhammad Saw. sedang Fadhal bin Abas dan Usamah bin Zaid Ra. yang menuangkan air, dan Malaikat Jibril telah datang dengan membawa obat penahan kehancuran jasad dari surga. Kemudian mereka mengkafani beliau dan mengkuburnya dikamar Siti Aisyah Ra. ditengah malam, malam Rabu; ada yang mengatakan malam Selasa, sedang Siti Aisyah berdiri diatas kubur Nabi Saw. sambil berkata:
“Hai orang yang belum pernah mengenakan pakaian dari sutera, dan belum pernah tidur diatas ranjang yang empuk; hai orang yang keluar dari dunia sedang perutnya belum pernah kenyang meskipun dengan roti dari gandum kasar; hai orang yang memilih tidur diatas tikar daripada balai/ranjang; hai orang yang tidak tidur sepanjang malam karena takut siksa neraka Sa’iir”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar