Meskipun judul aslinya “8
Spiritual Dynamites For Financial Success” tapi saya lebih setuju
kalo motivasi dalam buku ini tidak hanya untuk urusan financial tetapi
urusan-urusan lain dalam kehidupan, seperti kesehatan, jodoh, keturunan, dll.
Buku yang di tulis oleh Amin Zubaedi ini beda. Kalau
selama ini setiap mengkaji terhadap suatu permasalahan terutama dalam dunia
bisnis yang muncul biasanya dari sisi kajian meteri. Sementara buku ini
menyajikan kajian spiritual. Sepertinya penulis sengaja ingin menyadarkan kita,
bahwa dalam dunia bisnis ada kekuatan lain, selain strategi, kerja keras, kerja
cerdas, relasi yang banyak yaitu kekuatan yang Maha Kuat, Maha Kuasa, Maha
Pemberi Rizki, dialah Allah yang apabila sudah berkehendak memberi nikmat tidak
akan ada yang bisa menghalanginya, begitu juga sebaliknya.
Di
awali dengan bab menegakkan jihad ekonomi dimana penulis menekankan perlunya
ekonomi yang kuat agar bisa sebagai penopang dalam kelancaran menjalani
kehidupan.
Mengapa
kaya itu penting
1.
Lebih
kaya, lebih bermanfaat
Rasulullah
SAW dalam hal ini bersabda, " Sebaik-baik
manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain " (HR. Bukhari)
2.
Yang
Shalih lebih pantas
Rasulullah
SAW mengatakan “Sebaik-baik uang itu adalah uang yang beredar di tangan
orang-orang shaleh”
peredaran
uang itu adalah indikator keshalehan atau keburukan masyarakat. Apabila uang
itu beredar lebih banyak di tangan orang-orang jahat maka itu indikasi bahwa
masyarakat itu rusak. Apabila uang itu beredar di tangan orang-orang shaleh
maka itu indikasi bahwa masyarakat itu sehat.
3.
Banyak
amal ibadah memerlukan dana (sedekah, silaturrahim, haji, dll)
4.
Kaya
itu fitrah
Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (QS. Ali
Imran: 14)
"Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu kebahagiaan
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan dunia, dan
berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, (Q.S. Al-Qasas: 77)
5.
Menyiapkan
generasi tangguh
Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An Nisa: 9)
6.
Kembaran
bahagia
Sabda
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
"Di antara unsur kebahagiaan anak
Adam adalah istri shalihah, tempat tinggal luas, dan tunggangan yang nyaman."
(HR. Ahmad)
7.
Menghindari
penjajahan gaya
baru
"Andai kemiskinan itu berwujud
manusia, niscaya aku yang akan membunuhnya." (Ali RA)
“Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya
dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. Bersabda : ”Orang yang mencari harta halal
demi terpeliharanya harga diri (tidak sampai minta-minta),dan memberi nafkah
keluarganya,serta berbuat baik kepada tetangganya,maka di hari kiamat berwajah
bulan purnama dia dibangkitkan.”
Zuhud Yes, Kaya
harus
Menurut pemahaman penulis, zuhud tidaklah identik dengan
melarat. Zuhud adalah kepuasan hati dengan apa yang diberikan Allah SWT. Zuhud
adalah ketiadaan keterikatan hati kepada harta dan hal-hal bersifat materi
lainnya.
Kekayaan Rasulullah SAW
Nabi
Muhammad saw mempunyai keunikan tersendiri mengenai kekayaan. Pada
kondisi-kondisi tertentu beliau menjadi orang ’kaya’, dan pada kondisi-kondisi
yang lain menjadi orang ’miskin’. Pada saat-saat tertentu beliau juga berada
pada posisi antara keduanya.
Hal
ini tidak terlepas dari figur beliau sebagai teladan yang baik (uswatun
hasanah) bagi semua lapisan masyarakat.
Beliau
pernah menjadi orang kaya agar orang-orang kaya di antara umatnya dapat
mencontoh bagaimana Rasulullah SAW berinteraksi dengan harta. Misalnya,
bagaimana cara memperoleh harta yang baik, mensyukuri kekayaan dan
membelanjakannya di jalan yang benar.
Sebaliknya,
beliau juga pernah menjadi orang miskin agar dapat menjadi contoh yang baik
bagi orang-orang yang kekurangan. Misalnya, bagaimana cara bersabar dan menjaga
kehormatan dalam kemiskinan serta bagaimana keluar dari jeratan kemiskinan
dengan cara yang baik pula.
Begitu
pula halnya ketika beliau berada pada posisi antara kaya dan miskin. Beliau
mencontohkan bagaimana hidup bersahaja.
Tidak
ada catatan yang lengkap menggambarkan berapa kekayaan yang dimiliki oleh
Muhammad saw, baik ketika sebelum menjadi seorang rasul maupun dalam masa
kenabian.
Di
antara informasi tentang kekayaan Muhammad saw sebelum kenabian adalah jumlah
mahar yang dibayarkannya ketika menikahi Khadijah. Konon, Muhammad saw
menyerahkan 20 ekor unta muda sebagai mahar. Menurut satu riwayat, ditambah
dengam 12 uqiyah (ons) emas. Suatu jumlah yang sangat besar apabila dikonversi
ke mata uang kita sekarang.
Hal
ini berarti Muhammad saw telah memiliki kekayaan yang cukup besar kertika
beliau akan menikahi Khadijah. Kekayaan itu semakin bertambah setelah menikah
karena harta beliau digabung dengan harta Khadijah dan terus dikembangkan
melalui perdagangan.
Demikian
pula, tidak banyak catatan yang ditemukan tentang apa yang terjadi terhadap
kekayaan Muhammad saw yang telah dihasilkan sebelum menjadi seorang Rasul.
Setelah menjadi seorang Rasul, Muhammad saw lebih sibuk berdakwah daripada
mengurusi perdagangan.
Dalam
beberapa riwayat disebutkan bahwa beliau tidak menyimpan kekayaan di rumah
beliau. Menurut satu riwayat, barang-barang yang ditemui di rumah Muhammad saw
hanya beberapa peralatan masak dan tikar untuk alas tidur.
Muhammad saw lebih banyak menggunakan harta kekayaannya di jalan Allah seperti untuk menyantuni fakir miskin dan anak yatim, serta proyek-proyek sosial lainnya. Kebiasaan ini sebenarnya telah dilakukan oleh Muhammad saw sebelumnya, terutama di bulan Ramadhan. Pada bulan ini beliau memperbanyak sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.
Suatu ketika datang seseorang kepada beliau untuk meminta sesuatu, oleh beliau diberilah orang itu kambing yang banyak. Saking banyaknya sampai memenuhi jalan anatar dua bukit. Lalu orang itu kembali kepada kaumnya dan berkata, ”Masuk Islam lah kamu sekalian, sesungguhnya Muhammad bila memberi dia seperti orang yang tidak takut miskin.”
Muhammad saw lebih banyak menggunakan harta kekayaannya di jalan Allah seperti untuk menyantuni fakir miskin dan anak yatim, serta proyek-proyek sosial lainnya. Kebiasaan ini sebenarnya telah dilakukan oleh Muhammad saw sebelumnya, terutama di bulan Ramadhan. Pada bulan ini beliau memperbanyak sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.
Suatu ketika datang seseorang kepada beliau untuk meminta sesuatu, oleh beliau diberilah orang itu kambing yang banyak. Saking banyaknya sampai memenuhi jalan anatar dua bukit. Lalu orang itu kembali kepada kaumnya dan berkata, ”Masuk Islam lah kamu sekalian, sesungguhnya Muhammad bila memberi dia seperti orang yang tidak takut miskin.”
Muhammad
saw juga pernah menerima 90.000 dirham, kemudian uang itu diletakkanya di atas
tikar lalu uang itu beliau bagi-bagikan kepada orang banyak, dan beliau tidak
menolak permintaan siapa pun yang meminta sampai uang itu habis.
Di
samping dari ghanimah, sebagian harta yang dimiliki oleh Muhammad saw berasal
dari hadiah. Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa salah satu ciri seorang nabi
dan rasul adalah menerima hadiah tetapi tidak menerima sedekah.
Diceritakan
bahwa ciri-ciri ini juga dipercaya oleh para pendeta Nashrani klasik. Alkisah,
Salman al Farisi sebelum masuk Islam melakukan perjalanan yang panjang dalam
rangka menemukan keislamannya. Salman tinggal dari satu pendeta Nashrani ke
pendeta berikutnya. Sampai kemudian, pendeta terkahir yang ditumpanginya
menyuruhnya mencari seseorang yang memiliki ciri-ciri kenabian. Di antara ciri
kenabian itu adalah dia tidak menerima sedekah tetapi mau menerima hadiah.
Setelah
bertemu dengan Muhammad saw, Salman memberi sesuatu yang dikatakannya sebagai
sedekah. Muhammad saw memberikan sedekah tersebut kepada para sahabat yang ada
bersamanya waktu itu.
Kemudian
Salman memberikan sesuatu yang lain dan mengatakannya sebagai hadiah dan
Muhammad saw pun menerimanya. Salman kemudian meyakini bahwa Muhammad saw
benar-benar seorang utusan Allah SWT.
Menjelang
wafatnya, harta yang dimiliki Muhammad saw semakin habis. Sepertinya Muhammad
saw berusaha agar ketika beliau wafat tidak ada lagi harta yang dimiliknya dan
beliau tidak mempunyai utang.
Diceritakan
oleh Husain Haikal (2002), di hari-hari sakit yang membawa kepada wafatnya,
Muhammad saw memiliki harta tujuh dinar. Karena kawatir ketika meninggal harta
itu masih di tangannya, maka dimintanya supaya uangnya itu disedekahkan. Tetapi
karena kesibukan keluarganya merawat dan mengurus selama sakitnya dan penyakit
yang masih terus bertambah, mereka lupa melaksanakan perintahnya itu.
Di
hari Ahad sebelum hari wafatnya (Senin) beliau sadar kembali dari pingsannya
dan bertanya kepada mereka, ”Apa yang kamu lakukan dengan (dinar) itu?” Aisyah
menjawab bahwa dinar itu masih ada di tangannya.
Kemudian
dimintanya supaya dibawakan. Ketika uang itu sudah diletakkan di tangannya,
Muhammad saw berkata, ”Bagaimana jawab Muhammad kepada Tuhan, sekiranya ia
menghadap-Nya sedang ini masih di tangannya?” Kemudian semua uang dinar itu
disedekahkan kepada fakir miskin di kalangan muslim.
Muhammad
saw meninggal dunia dengan tidak meninggalkan kekayaan duniawi kepada siapapun.
Ia pergi melepaskan dunia ini seperti ketika ia datang. Sebagai peninggalan ia
mewariskan Al Qur’an dan sunnahnya akan dijadikan pedoman bagi umat manusia
Kekayaan Umar bin Khattab ra
•
Mewariskan 70.000 properti (ladang pertanian) seharga @ 160juta (total Rp 11,2
Triliun)
• Cash flow per bulan dari properti = 70.000 x 40 jt = 2,8 Triliun/ tahun atau 233 Miliar/bulan.
• Simpanan = hutang dalam bentuk cash
• Cash flow per bulan dari properti = 70.000 x 40 jt = 2,8 Triliun/ tahun atau 233 Miliar/bulan.
• Simpanan = hutang dalam bentuk cash
Umar
bin Khattab memang di kenal sebagai pengusaha properti.Dia selalu menganjurkan
kepada para pejabatnya untuk tidak menghabiskan gajinya untuk dikonsumsi.Melainkan
disisakan untuk membeli ladang dan berbagai fasilitas properti.
Namun begitulah Umar.Ia tetap saja sangat sederhana, bersahaja dan berhati-hati mempergunakan harta kekayaannya.Harta kekayaannya lebih banyak digunakan untuk kepentingan dakwah dan umat,Tak sedikitpun Umar menyombongkan diri dan mempergunakan untuk sesuatu yang mewah dan berlebihan.
Menjelang akhir kepemimpinan Umar, Ustman bin Affan pernah mengatakan," Sesungguhnya sikapmu telah sangat memberatkan siapapun khalifah penggantimu kelak." Subhanallah....Semoga kita bisa meneladani Umar bin Khattab ini.
Beliau kaya raya tapi hidupnya sangat sederhana.Bukan sederhana melainkan sangat sederhana.Katanya malu terhadap rakyatnya jika beliau hidup dalam kemewahan
Namun begitulah Umar.Ia tetap saja sangat sederhana, bersahaja dan berhati-hati mempergunakan harta kekayaannya.Harta kekayaannya lebih banyak digunakan untuk kepentingan dakwah dan umat,Tak sedikitpun Umar menyombongkan diri dan mempergunakan untuk sesuatu yang mewah dan berlebihan.
Menjelang akhir kepemimpinan Umar, Ustman bin Affan pernah mengatakan," Sesungguhnya sikapmu telah sangat memberatkan siapapun khalifah penggantimu kelak." Subhanallah....Semoga kita bisa meneladani Umar bin Khattab ini.
Beliau kaya raya tapi hidupnya sangat sederhana.Bukan sederhana melainkan sangat sederhana.Katanya malu terhadap rakyatnya jika beliau hidup dalam kemewahan
Kekayaan Utsman bin ‘Affan ra
• Simpanan uang = 151 ribu dinar plus 100 dirham (1 dinar = 2 jt rupiah)
• Mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar
• Beberapa sumur senilai 200 ribu dinar (Rp 240 M)
• Simpanan uang = 151 ribu dinar plus 100 dirham (1 dinar = 2 jt rupiah)
• Mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar
• Beberapa sumur senilai 200 ribu dinar (Rp 240 M)
Kekayaan Zubair bin Awwam ra
• 50 ribu dinar
• 1000 ekor kuda perang
• 1000 orang budak
• 50 ribu dinar
• 1000 ekor kuda perang
• 1000 orang budak
Kekayaan Amr bin Al-Ash ra
• 300 ribu dinar
• 300 ribu dinar
Kekayaan Abdurrahman bin Auf ra
• Melebihi seluruh kekayaan sahabat!!
• Dalam satu kali duduk, pada masa Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf berinfaq sebesar 48 Milyar (40 ribu dinar)
• Melebihi seluruh kekayaan sahabat!!
• Dalam satu kali duduk, pada masa Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf berinfaq sebesar 48 Milyar (40 ribu dinar)
Pada
masa Umar bin Abdul Azis ra
(3 tahun bertugas)
• Yahya bin Sa’id (petugas zakat) berkata, “Ketika hendak membagikan zakat, saya tidak menjumpai seorang miskin pun. Umar bin Abdul Azis telah menjadikan setiap individu rakyat pada waktu itu berkecukupan”. (Ibnu Abdil Hakam, siroh Umar bin Abdul Azis, hal 59)
• Surat Gubernur Bashrah, “Semua rakyat hidup sejahtera sampai saya sendiri khawatir mereka akan menjadi takabbur dan sombong.” (Al-Amwal, hal 256)
• Yahya bin Sa’id (petugas zakat) berkata, “Ketika hendak membagikan zakat, saya tidak menjumpai seorang miskin pun. Umar bin Abdul Azis telah menjadikan setiap individu rakyat pada waktu itu berkecukupan”. (Ibnu Abdil Hakam, siroh Umar bin Abdul Azis, hal 59)
• Surat Gubernur Bashrah, “Semua rakyat hidup sejahtera sampai saya sendiri khawatir mereka akan menjadi takabbur dan sombong.” (Al-Amwal, hal 256)
------------------------------
8 Dinamit Spiritual
1. Dahsyatnya Istighfar
Istighfar
artinya mohon ampun kepada Allah, atas segala dosa dan berjanji untuk tidak
mengulangi lagi. Istighfar adalah ungkapan taubat seorang hamba, komitmen untuk
menjauhi segala larangan Allah dan mentaati segala perintahNya. Allah
Maha Indah, dan mencintai keindahan. Di antara tanda keindahan adalah
kebersihan moral dari dosa-dosa yang merusak kemanusiaan. Istighfar adalah
pembersihan diri seorang hamba, untuk kemudian mendengarkan seruan fitrah, dan
menjalani kebaikan-kebaikan yang melahirkan kesejahteraan. Dalam (QS:71:10-12)
Allah berfirman : "
Maka aku katakan kepada mereka : Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepadamu hujan dengan
lebat, dan membanyakkan harta-harta, dan anak-anak, dan mengadakan untukmu
kebun-kebun, dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai ".
Imam Al-Qurthubi mengatakan : ayat ini menunjukkan bahwa istighfar merupakan salah satu sebab untuk datangnya rezki dan hujan. Imam Ibn Katsir ketika menafsirkan ayat ini mengatakan : Jika kalian bertobat kepada Allah, minta ampunanNya dan mentaatiNya, niscaya akan dibuka jalan-jalan rezki, dan akan mengalirkan air yang membawa keberkahan dari langit, dan menumbuhkan dari bumi segala keberkahannya, berupa tanaman-tanaman, serta menyuburkan air susu ( kaum ibu untuk anak-anak bayi mereka ), pun akan dianugerahkan kepada mereka harta dan anak-anak, kebun-kebun yang subur dengan segala macam buah-buahan, di tengah-tengahnya mengalir air sungai, tidak pernah berhenti.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab, r.a. ketika minta hujan, hanya mengulang-ulang baca istighfar. Dan ketika ditanya, mengapa engkau hanya baca istighfar, sementara maksudnya minta hujan. Umar menjawab dengan membacakan ayat di atas.
Imam Al-Qurthubi mengatakan : ayat ini menunjukkan bahwa istighfar merupakan salah satu sebab untuk datangnya rezki dan hujan. Imam Ibn Katsir ketika menafsirkan ayat ini mengatakan : Jika kalian bertobat kepada Allah, minta ampunanNya dan mentaatiNya, niscaya akan dibuka jalan-jalan rezki, dan akan mengalirkan air yang membawa keberkahan dari langit, dan menumbuhkan dari bumi segala keberkahannya, berupa tanaman-tanaman, serta menyuburkan air susu ( kaum ibu untuk anak-anak bayi mereka ), pun akan dianugerahkan kepada mereka harta dan anak-anak, kebun-kebun yang subur dengan segala macam buah-buahan, di tengah-tengahnya mengalir air sungai, tidak pernah berhenti.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab, r.a. ketika minta hujan, hanya mengulang-ulang baca istighfar. Dan ketika ditanya, mengapa engkau hanya baca istighfar, sementara maksudnya minta hujan. Umar menjawab dengan membacakan ayat di atas.
Imam Hasan Al-Bashri, setiap kali datang
kepadanya orang-orang mengeluh karena kefakiran, tidak adanya lapangan kerja,
dan kesulitan untuk mendapatkan keturunan, ia menjawab tidak lebih dari anjuran
untuk bertobat dari segala dosa, minta ampun kepada Allah dan memperbanyak baca
istighfar.
Al-Hasan al Basri, - sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Qurthubi dari Ibn Shubiih – bila datang kepadanya seorang mengeluh karena sengsara, ia hanya menjawab : istaghfirillah (minta ampunlah kepada Allah). Datang lagi yang lain mengeluh karena kelaparan, kemiskinan dan kefakiran ia hanya menjawab : istaghfirillah. Datang lagi yang lain, minta kepadanya supaya mendoakan agar dikaruniai anak, ia hanya menjawab : istagfirillah. Datang yang lain lagi mengeluh karena kemarau panjang yang menyebabkan kegersangan kebunnya, ia hanya menjawab : istaghfirillah. Ketika ditanya mengapa jawabannya tidak lebih dari istighfar? Hasan menjawab : Saya tidak mengarang sendiri, ini adalah petunjuk dari Allah, lalu membacakan ayat di atas.
Al-Hasan al Basri, - sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Qurthubi dari Ibn Shubiih – bila datang kepadanya seorang mengeluh karena sengsara, ia hanya menjawab : istaghfirillah (minta ampunlah kepada Allah). Datang lagi yang lain mengeluh karena kelaparan, kemiskinan dan kefakiran ia hanya menjawab : istaghfirillah. Datang lagi yang lain, minta kepadanya supaya mendoakan agar dikaruniai anak, ia hanya menjawab : istagfirillah. Datang yang lain lagi mengeluh karena kemarau panjang yang menyebabkan kegersangan kebunnya, ia hanya menjawab : istaghfirillah. Ketika ditanya mengapa jawabannya tidak lebih dari istighfar? Hasan menjawab : Saya tidak mengarang sendiri, ini adalah petunjuk dari Allah, lalu membacakan ayat di atas.
"Katakanlah,"Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui
batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari Rahmat
Allah, kerana sesungguhnya Allah Mengampuni segala dosa; sesungguhnya Dialah
Yang Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang." (QS.39 : 53)
Allah
SWT berfirman: "Dan
hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhan-mu dan bertaubat kepada-Nya.
(Jika kamu mengerjakan yang demikian) niscaya Dia akan memberi kenikmatan
yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan
dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan
ditimpa siksa hari kiamat,"
(QS. Hud : 3)
Bagi orang-orang yang beristighfar tidak akan turun bala atau bencana ke atas
mereka selagi mereka tetap didalam nya. Hal ini diterangkan dalam Al-Quran ;
Al-Anfal ayat 33 :
"Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun."
"Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun."
Tahukah anda? Istighfar membuat Allah senang, sungguh rugi
jika kita tidak mengucapkannya secara rutin setiap hari. Berikut ini sabda
Rosulullah tentang hal itu:
Rasulullah bersabda, “Sungguh, Allah lebih gembira dengan
taubat hamba-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari kalian yang menemukan
ontanya yang hilang di padang
pasir.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Sabda Nabi Muhammad buat orang yang senantiasa membaca
ISTIGHFAR:
Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang senantiasa
beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya,
dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rizki dari arah yang
tiada disangka-sangka,”(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).
Dalam Al Qur’an (surat Al Hud : 3) Allah berfirman “ Dan
hendaklah kamu memohon ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada Nya, niscaya
Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah
ditentukan”.
Dalam kisah nyata yang dimuat majalah Hidayatullah edisi Februari 2009 diceritakan seorang suami yang istrinya sakit parah telah melakukan banyak cara untuk kesembuhan istri tercintanya….namun tidak kunjung sembuh juga.
Sang suami tersebut akhirnya menyerah dan pasrah total hanya memohon pertolongan Alloh SWT. Dengan melakukan Shalat Tahajud setiap malam, berdikir, dan memohon ampun atas segala dosa yang telah dilakukan. Hingga suatu malam tepatnya malam yang ke-37, sang suami antara sadar dan tidak sadar…seperti mendengar suara yang menyuruh untuk meminumkan air yang dibacakan istighfar pada isterinya. Kemudian ia melaksankan nasehat tersebut. Dan apa yang terjadi……Saat itu juga si isteri berangsur-angsur mulai sembuh. Subhanallah…
Demikian agungnya istighfar. Sebuah langkah yang selama ini selalu kita abaikan dalam mencari jalan keluar dari berbagai krisis yang kita hadapi. Allah SWT Maha tahu, bahwa setiap krisis dan musibah yang menimpa suatu bangsa adalah kerena lumuran dosa-dosa, sedemikian rupa sehingga segala bentuk kemaksiatan dilakukan secara blak-blakan, tidak ada sedikitpun rasa malu. Bila kebiasaan memamerkan dosa-dosa menjadi kenyataan, maka yang akan lahir adalah hancurnya moral. Bila moral hancur, kedzaliman akan meraja lela. Bila kedzaliman meraja lela, krisis dengan segala sisinya pasti akan menimpa. Dari sini terlihat rahasia mengapa harus istghfar sebagai solusi untuk keluar dari berbagai krisis.
Dalam kisah nyata yang dimuat majalah Hidayatullah edisi Februari 2009 diceritakan seorang suami yang istrinya sakit parah telah melakukan banyak cara untuk kesembuhan istri tercintanya….namun tidak kunjung sembuh juga.
Sang suami tersebut akhirnya menyerah dan pasrah total hanya memohon pertolongan Alloh SWT. Dengan melakukan Shalat Tahajud setiap malam, berdikir, dan memohon ampun atas segala dosa yang telah dilakukan. Hingga suatu malam tepatnya malam yang ke-37, sang suami antara sadar dan tidak sadar…seperti mendengar suara yang menyuruh untuk meminumkan air yang dibacakan istighfar pada isterinya. Kemudian ia melaksankan nasehat tersebut. Dan apa yang terjadi……Saat itu juga si isteri berangsur-angsur mulai sembuh. Subhanallah…
Demikian agungnya istighfar. Sebuah langkah yang selama ini selalu kita abaikan dalam mencari jalan keluar dari berbagai krisis yang kita hadapi. Allah SWT Maha tahu, bahwa setiap krisis dan musibah yang menimpa suatu bangsa adalah kerena lumuran dosa-dosa, sedemikian rupa sehingga segala bentuk kemaksiatan dilakukan secara blak-blakan, tidak ada sedikitpun rasa malu. Bila kebiasaan memamerkan dosa-dosa menjadi kenyataan, maka yang akan lahir adalah hancurnya moral. Bila moral hancur, kedzaliman akan meraja lela. Bila kedzaliman meraja lela, krisis dengan segala sisinya pasti akan menimpa. Dari sini terlihat rahasia mengapa harus istghfar sebagai solusi untuk keluar dari berbagai krisis.
2.
Dahsyatnya berbakti kepada orang tua
Perintah berbakti kepada orangtua disebutkan setelah
perintah beribadah kepada Allah semata, hal ini menunjukkan akan sangat
tingginya kedudukan berbakti kepada orangtua di dalam Islam.
Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia". QS. Al Isra: 23
Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia". QS. Al Isra: 23
"Ridho Allah tergantung
kepada keridhoan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang
tua" HR. Bukhari
Ibnu Mas’ud berkata: “Aku pernah
bertanya kepada Rosululloh, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Alloh?’ Beliau
menjawab, ‘mendirikan sholat pada waktunya,’ Aku bertanya kembali, ‘Kemudian
apa?’ Jawab Beliau, ‘berbakti kepada orang tua,’ lanjut Beliau. Aku bertanya
lagi, ‘Kemudian?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Alloh.’” HR. Bukhari
"Sungguh merugi, sungguh merugi dan sungguh merugi orang yang masih memiliki kedua orang tua yang sudah renta atau salah seorang dari keduanya kemudian hal itu tidak dapat memasukkan ia ke dalam surga." HR. Muslim.
"Sungguh merugi, sungguh merugi dan sungguh merugi orang yang masih memiliki kedua orang tua yang sudah renta atau salah seorang dari keduanya kemudian hal itu tidak dapat memasukkan ia ke dalam surga." HR. Muslim.
Dari Abdullah bin ‘Amr, ia berkata,
Datang
seorang pria kepada Nabi shallallahu 'alihi wa sallam dan berkata, “Aku datang
untuk membai’at engkau untuk berhijrah dan aku meninggalkan kedua orangtuaku
dalam keadaan menangis”. Maka Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam berkata,
“Kembalilah kepada kedua orangtuamu dan buatlah mereka berdua tertawa
sebagaimana engkau telah membuat mereka berdua menangis”[3]
Suatu ketika ada seorang pengusaha yang tengah merintis salah satu jenis usahanya yang secara logis akan memberikan profit yang banyak dengan beberapa analisa yang telah dilakukan, namun dalam prakteknya usaha yang tengah digelutinya itu ternyata tidak memberikan profit apapun dalam kurun waktu tertentu. Akhirnya dengan setengah putus asa, pengusaha itupun berusaha untuk tetap berdiri dan tetap istiqomah dijalanNya. Walau demikian usaha untuk tetap istiqomah kepadaNyapun tak memberikan efek apapun, hingga suatu ketika diapun ingat akan ibunya yang hampir-hampir terlupakan karena kesibukannya tersebut. Dengan penuh rasa penyesalan diapun langsung mengunjungi ibunya dan menceritakan semua problematika yang tengah dihadapinya, dia pun meminta ridho, restu dan do'a kepada ibunya tersebut hingga ibunya pun merestui dan mendo'akan setiap langkahnya sampai akhirnya diapun jadi pengusaha sukses.
Suatu ketika ada seorang pengusaha yang tengah merintis salah satu jenis usahanya yang secara logis akan memberikan profit yang banyak dengan beberapa analisa yang telah dilakukan, namun dalam prakteknya usaha yang tengah digelutinya itu ternyata tidak memberikan profit apapun dalam kurun waktu tertentu. Akhirnya dengan setengah putus asa, pengusaha itupun berusaha untuk tetap berdiri dan tetap istiqomah dijalanNya. Walau demikian usaha untuk tetap istiqomah kepadaNyapun tak memberikan efek apapun, hingga suatu ketika diapun ingat akan ibunya yang hampir-hampir terlupakan karena kesibukannya tersebut. Dengan penuh rasa penyesalan diapun langsung mengunjungi ibunya dan menceritakan semua problematika yang tengah dihadapinya, dia pun meminta ridho, restu dan do'a kepada ibunya tersebut hingga ibunya pun merestui dan mendo'akan setiap langkahnya sampai akhirnya diapun jadi pengusaha sukses.
Ya memang sungguh dahsyat restu, ridho dan do'a dari kedua orang tua kita,
terutama ibu kita, hingga berdampak pada kesuksesan atau kegagalan dari usaha
yang dijalankan, itu karena memang ridhonya Allah adalah ridhonya orang tua dan
murkanya Allah juga murkanya kedua orang tua. Namun untuk mendapatkan ridho dan
do'a dari kedua orang tua secara tulus dan ikhlas tentu sebagai anak haruslah
senantiasa berbakti kepadanya, memberikan yang terbaik untuknya, memberikan
kebanggan tersendiri untuknya dan senantiasa mendo'akannya. Di sini terjadi
semacam simbiosis mutualisme, "anak mendo'akan orang tua dan orang tuapun
mendo'akan anaknya".
Walaupun demikian setiap perilaku baik kita terhadap orang tua (terutama ibu) kita, tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan segala sesuatu yang telah diberikannya untuk kita. kenapa tidak,
Saat kita berusia 1 tahun, orangtua memandikan dan merawat kita. Sebagai balasan, kita malah menangis di tengah malam.- Saat kita berusia 2 tahun, orangtua mengajari kita berjalan sebagai balasan, kita malah kabur/lari ketika orangtua memanggil kita.
- Saat kita berusia 3 tahun, orangtua memasakkan makanan kesukaan kita. Sebagai balasan, kita malah menumpahkannya.
- Saat kita berusia 4 tahun, orangtua memberi kita pensil berwarna. Sebagai balasan, kita malah mencoret-coret dinding dengan pensil tersebut.
- Saat kita berusia 5 tahun, orangtua membelikan kita baju bagus-bagus. Sebagai balasan, kita malah mengotorinya dengan bermain-main di lumpur.
- Saat kita berusia 10 tahun, orangtua membayar mahal-mahal uang sekolah dan uang les kita. Sebagai balasan, kita malah malas-malasan bahkan bolos.
- saat kita berusia 11 tahun, orangtua mengantarkan kita ke mana-mana. Sebagai balasan, kita malah tidak mengucapkan salam ketika keluar rumah.
- Saat kita berusia 12 tahun, orangtua mengizinkan kita menonton bioskop dan acara lain di luar rumah bersama teman-teman kita. Sebagai balasan, kita malah meminta orangtua duduk di barisan lain, terpisah dari kita dan teman-teman kita
- Saat kita berusia 13 tahun, orangtua membayar biaya kemah, biaya pramuka, dan biaya liburan kita. Sebagai balasan, kita malah tidak memberinya kabar ketika kita berada di luar rumah
- Saat kita berusia 14 tahun, orangtua pulang kerja dan ingin memeluk kita. Sebagai balasan, kita malah menolak dan mengeluh, "Papa, Mama, aku sudah gedhe!"
- Saat kita berusia 17 tahun, orangtua sedang menunggu telepon yang penting, sementara kita malah asyik menelpon teman-teman kita yang sama sekali tidak penting
- Saat kita berusia 18 tahun, orangtua menangis terharu ketika kita lulus SMA. Sebagai balasan kita, malah berpesta semalaman dan baru pulang keesokan harinya.
- Saat kita berusia 19 tahun, orangtua membayar biaya kuliah kita dan mengantar kita ke kampus pada hari pertama. Sebagai balasan, kita malah meminta mereka berhenti jauh-jauh dari gerbang kampus dan menghardik, "Papa, Mama, aku malu! Aku khan sudah gedhe!"
- Saat kita berusia 22 tahun, orangtua memeluk kita dengan haru ketika kita diwisuda. Sebagai balasan, kita malah bertanya kepadanya, "Papa, Mama, mana hadiahnya? katanya mau membelikan aku ini dan itu?"
- Saat kita berusia 23 tahun, orangtua membelikan kita sebuah barang yang kita idam-idamkan. Sebagai balasan, kita malah mencela, "Duh! kalau mau beli apa-apa untuk aku, bilang-bilang ding! aku khan nggak suka model seperti ini!"
- Saat kita berusia 29 tahun, orangtua membantu membiayai pernikahan kita. sebagai balasan, kita malah pindah ke luar kota, meninggalkan mereka, dan menghubungi mereka hanya dua kali setahun.
- Saat kita berusia 30 tahun, orangtua memberi tahu kita bagaimana cara merawat bayi. Sebagai balasan, kita malah berkata, "Papa, Mama, zaman sekarang sudah beda. Nggak perlu lagi cara-cara seperti dulu.
- saat kita berusia 40 tahun, orangtua sakit-sakitan dan membutuhkan perawatan. sebagai balasan,kita malah beralasan, "Papa,mama, aku sudah berkeluarga, aku punya tanggung jawab terhadap keluargaku!".
- Dan entah kata-kata apalagi yang pernah kita ucapkan kepada orangtua. Bukan mustahil, itu yang menyumbat rezeki dan kebahagiaan kita selama ini.
3.
Dahsyatnya Sedekah
Dikisahkan
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun
menciptakan gunung dengan kekuatan yg telah diberikan kepada ternyata bumi pun
terdiam. Para malaikat terheran-heran akan
penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? “Ya Rabbi adakah sesuatu
dalam penciptaan-Mu yg lbh kuat dari pada gunung?” Allah menjawab “Ada yaitu besi” {Kita mafhum
bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh
buldozer atau sejenis yg terbuat dari besi}.
Para malaikat pun kembali bertanya “Ya Rabbi adakah sesuatu
dalam penciptaan-Mu yg lbh kuat dari pada besi?” Allah yg Maha Suci menjawab “Ada yaitu api” {Besi
bahkan baja bisa menjadi cair lumer dan mendidih setelah dibakar bara api}.
Bertanya
kembali para malaikat “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yg lbh kuat
dari pada api?” Allah yg Maha Agung menjawab “Ada yaitu air” {Api membara sedahsyat apapun
niscaya akan padam jika disiram oleh air}.
“Ya
Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yg lbh kuat dari air?” Kembali bertanya
para malaikat.
Allah
yg Maha Tinggi dan Maha Sempurna menjawab “Ada yaitu angin” {Air di samudera luas akan
serta merta terangkat bergulung-gulung dan menjelma menjadi gelombang raksasa
yg dahsyat tersimbah dan menghempas karang atau mengombang-ambingkan kapal dan
perahu yg tengah berlayar tiada lain krn dahsyat kekuatan angin. Angin ternyata
memiliki kekuatan yg teramat dahsyat}.
Akhir
para malaikat pun bertanya lagi “Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yg
lebih dari semua itu?” Allah yg Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya
menjawab “Ada
yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dgn tangan
kanan sementara tangan kiri tak mengetahuinya.” Arti orang yg paling hebat
paling kuat dan paling dahsyat adl orang yg bersedekah tetapi tetap mampu
menguasai diri sehingga sedekah yg dilakukan bersih tulus dan ikhlas tanpa ada
unsur pamer ataupun keinginan utk diketahui orang lain.
Inilah
gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yg ternyata
mempunyai kekuatan dahsyat adl hamba yg bersedekah tetapi tetap dalam kondisi
ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenar selalu rindu akan pujian penghormatan
penghargaan ucapan terima kasih dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik utk
memamerkan segala apa yg ada pada diri kita ataupun segala apa yg bisa kita
lakukan. Apalagi kalau yg ada pada diri kita atau yg tengah kita lakukan itu
berupa kebaikan.
Jika
difikir secara akal matematika pasti tidak kongruen. Kita mengeluarkan
barang/uang, logikanya barang/uang kita akan habis. Namun TIDAK, Allah malah mengganti
dengan yang berlipat-lipat.
Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Qur’an: Al-Baqarah-261)
Banyak orang yang memiliki penghasilan besar, namun selalu
merasa tidak cukup. Bahkan tidak jarang pengeluaran mereka lebih besar dari
penghasilan yang didapat. Mungkin diri kita pernah merasakan demikian. Maka
instropeksilah, mungkin sedekah yang kita keluarkan terlalu sedikit, sehingga
berkah yang Allah berikan juga sekedarnya. Padahal dalam surat Al An’am ayat 160, Allah sudah janji
akan melipatgandakan pahala sampai 10 kali lipat bagi mereka yang berbuat
kebaikan. Jadi sebetulnya kita tak perlu ragu untuk menyisihkan penghasilan
bagi mereka yang membutuhkan. 1 – 1 = 10, itulah ilmu sedekah. Banyak kejadian
dibalik fenomena keajaiban sedekah.
Ustadz Yusuf memaparkan beberapa kisah yang Insya Allah mampu meningkatkan keyakinan kita, bahwa Allah pasti akan melipatgandakan pahala-Nya, bila kita sedekah. Contohlah sebuah kisah tentang seorang supir yang mengeluh karena gajinya terlalu kecil.
Ustadz Yusuf memaparkan beberapa kisah yang Insya Allah mampu meningkatkan keyakinan kita, bahwa Allah pasti akan melipatgandakan pahala-Nya, bila kita sedekah. Contohlah sebuah kisah tentang seorang supir yang mengeluh karena gajinya terlalu kecil.
“Supir ini datang ke Klinik Spiritual dan Konseling Wisata
Hati. Dia bilang gajinya cuma 800 ribu, padahal anaknya lima! Ia ingin gajinya jadi 1,5 juta!” ujar
Ustadz Yusuf sambil duduk bersila di permadani.
Dengan bijak, Ustadz Yusuf mengajak supir itu mensyukuri terlebih dahulu apa yang telah didapatkannya selama ini. Kemudian ia menunjukkan surat Al An’am 160 dan surat 65 ayat 7, mengenai anjuran bagi yang kaya untuk membagi kekayaannya dan yang mampu membagi kemampuannya.
Supir itu lantas bertanya,”Kapan ayat-ayat itu dibaca dan berapa kali, Ustad?” “Nah, inilah kelemahan orang kita,” potong Ustadz Yusuf sejenak, “Qur’an hanya untuk dibaca!”
Dengan bijak, Ustadz Yusuf mengajak supir itu mensyukuri terlebih dahulu apa yang telah didapatkannya selama ini. Kemudian ia menunjukkan surat Al An’am 160 dan surat 65 ayat 7, mengenai anjuran bagi yang kaya untuk membagi kekayaannya dan yang mampu membagi kemampuannya.
Supir itu lantas bertanya,”Kapan ayat-ayat itu dibaca dan berapa kali, Ustad?” “Nah, inilah kelemahan orang kita,” potong Ustadz Yusuf sejenak, “Qur’an hanya untuk dibaca!”
Agak kesal dengan pertanyaan sang supir, Ustadz Yusuf
menyuruhnya segera berdiri. Kemudian ia bertanya, ”Maaf… boleh saya tanya
pertanyaan yang sifatnya pribadi? ”Supir itu mengangguk. “Nggak bakal
tersinggung?” Kembali supir itu mengangguk. “Bawa duit berapa di dompet?” desak
Ustadz Yusuf. Supir itu mengeluarkan uangnya dalam dompet, jumlahnya seratus
ribu rupiah. Langsung Ustadz Yusuf mengambilnya. “Nah, uang ini akan saya
sedekahkan, ikhlas?”
Supir itu menggaruk-garukkan kepalanya, namun sejurus kemudian mengangguk dengan terpaksa. “Dalam tujuh hari kerja, akan ada balasan dari Allah!” “Kalau nggak, Ustad?” “Uangnya saya kembaliin!”
Mulailah sejak itu ia menghitung hari. Hari pertama tidak ada apa-apa, demikian pula hari kedua, bahkan pada hari ketiga uangnya hilang sejumlah 25 ribu rupiah. Rupanya ketika ditanya Ustadz Yusuf tempo hari, sebenarnya ia bawa uang 125 ribu rupiah, namun keselip.
Pada hari keempat supir itu diminta atasannya untuk mengantar ke Jawa Tengah. Selama empat hari empat malam mereka pergi. Begitu kembali, atasannya memberikan sebuah amplop, “Ini hadiah istri kamu yang kesepian di rumah,” begitu katanya.
Ketika amplop itu dibuka, Subhanallah…. Jumlahnya 1,5 juta rupiah. Para dai muda yang menyimak cerita itu terkagum-kagum.
Ustadz Yusuf Mansur bertanya, “Siapa yang belum nikah?” serentak hampir semua peserta mengacungkan tangan dengan semangat, seraya bergurau. “Nah, selain untuk memanjangkan umur, mengangkat permasalahan, sedekah juga mampu membuat orang yang belum kawin jadi kawin, dan yang udah kawin…” “Kawin lagi???” jawab beberapa peserta, kompak! Ustadz Yusuf tertawa, “Yang udah kawin… makin sayang…”
Lalu mengalunlah sebuah cerita lain. Ada seorang wanita berusia 37 tahun yang belum menikah mengikuti seminarnya. Setelah mendengarkan faedah sedekah, wanita itu lantas pergi ke masjid terdekat dari rumahnya dan bertanya pada penjaga masjid itu, “Maaf, Pak… kira-kira masjid ini butuh apa? Barangkali saya bisa bantu…” “Oh, kebetulan. Kami sedang melelang lantai keramik masjid. Semeternya 150 ribu…” Wanita itu menarik sejumlah uang dari sakunya, yang berjumlah 600ribu. Tanpa pikir panjang ia membeli empat meter persegi lantai tersebut,”Mudah-mudahan hajat saya terkabul…” harapnya.
Subhanallah… Allah menunjukkan keagungan-Nya. Minggu itu juga datang empat orang melamarnya! “Itulah sedekah!”
Sulit akan menjadi mudah, berat menjadi ringan… asal kita sedekah!”
Supir itu menggaruk-garukkan kepalanya, namun sejurus kemudian mengangguk dengan terpaksa. “Dalam tujuh hari kerja, akan ada balasan dari Allah!” “Kalau nggak, Ustad?” “Uangnya saya kembaliin!”
Mulailah sejak itu ia menghitung hari. Hari pertama tidak ada apa-apa, demikian pula hari kedua, bahkan pada hari ketiga uangnya hilang sejumlah 25 ribu rupiah. Rupanya ketika ditanya Ustadz Yusuf tempo hari, sebenarnya ia bawa uang 125 ribu rupiah, namun keselip.
Pada hari keempat supir itu diminta atasannya untuk mengantar ke Jawa Tengah. Selama empat hari empat malam mereka pergi. Begitu kembali, atasannya memberikan sebuah amplop, “Ini hadiah istri kamu yang kesepian di rumah,” begitu katanya.
Ketika amplop itu dibuka, Subhanallah…. Jumlahnya 1,5 juta rupiah. Para dai muda yang menyimak cerita itu terkagum-kagum.
Ustadz Yusuf Mansur bertanya, “Siapa yang belum nikah?” serentak hampir semua peserta mengacungkan tangan dengan semangat, seraya bergurau. “Nah, selain untuk memanjangkan umur, mengangkat permasalahan, sedekah juga mampu membuat orang yang belum kawin jadi kawin, dan yang udah kawin…” “Kawin lagi???” jawab beberapa peserta, kompak! Ustadz Yusuf tertawa, “Yang udah kawin… makin sayang…”
Lalu mengalunlah sebuah cerita lain. Ada seorang wanita berusia 37 tahun yang belum menikah mengikuti seminarnya. Setelah mendengarkan faedah sedekah, wanita itu lantas pergi ke masjid terdekat dari rumahnya dan bertanya pada penjaga masjid itu, “Maaf, Pak… kira-kira masjid ini butuh apa? Barangkali saya bisa bantu…” “Oh, kebetulan. Kami sedang melelang lantai keramik masjid. Semeternya 150 ribu…” Wanita itu menarik sejumlah uang dari sakunya, yang berjumlah 600ribu. Tanpa pikir panjang ia membeli empat meter persegi lantai tersebut,”Mudah-mudahan hajat saya terkabul…” harapnya.
Subhanallah… Allah menunjukkan keagungan-Nya. Minggu itu juga datang empat orang melamarnya! “Itulah sedekah!”
Sulit akan menjadi mudah, berat menjadi ringan… asal kita sedekah!”
Sebuah kisah unik lainnya terjadi. Suatu hari, seorang
wartawan mengajak Ustadz Yusuf ke Semarang,
hanya untuk berpose dengan sebuah mobil Mercedez New Eyes E 200 Compresor baru.
Tak ada yang istimewa dengan mobil itu kecuali harganya yang mahal, sekitar 725
juta rupiah, dan… mobil itu milik seorang tukang bubur keliling!
Loh, bagaimana bisa seorang tukang bubur punya mercy? Bisa
aja kalau Allah berkehendak. Tukang bubur itu tentunya tak pernah bermimpi bisa
memiliki sebuah mobil Mercedez baru. Namun kepeduliannya kepada orang tua,
justru membuatnya kejatuhan bulan.
Karena orang tuanya ingin naik haji, tukang bubur itu giat sedekah. Ia sengaja menyediakan kaleng kembalian satu lagi, khusus uang yang ia sedekahkan. Yang kemudian ia tabung di sebuah bank. Ketika tabungannya itu telah mencapai 5 juta, ia mendapatkan satu poin memperebutkan sebuah mobil mercy. Dan si tukang bubur itulah yang memenangkan hadiah mobil tersebut.
Karena tak mampu membayar pajaknya sebesar 25%, seorang Ustadz bernama Hasan, pemilik Unisula, membantunya. Maka, jadilah mobil itu milik tukang bubur.
Karena orang tuanya ingin naik haji, tukang bubur itu giat sedekah. Ia sengaja menyediakan kaleng kembalian satu lagi, khusus uang yang ia sedekahkan. Yang kemudian ia tabung di sebuah bank. Ketika tabungannya itu telah mencapai 5 juta, ia mendapatkan satu poin memperebutkan sebuah mobil mercy. Dan si tukang bubur itulah yang memenangkan hadiah mobil tersebut.
Karena tak mampu membayar pajaknya sebesar 25%, seorang Ustadz bernama Hasan, pemilik Unisula, membantunya. Maka, jadilah mobil itu milik tukang bubur.
Kisah terakhir, tentang hutang 100juta yang lunas hanya
dengan sedekah 100 ribu rupiah. Orang ini mendengarkan ceramah seorang Ustadz
yang mengatakan, kalau sedekah itu dapat membeli penyakit, dapat membayar
hutang, dan dapat menyelesaikan masalah. Teringat hutangnya sejumlah 100 juta,
ia menyedekahkan uang yang ada, sebesar 100 ribu.
Dalam hatinya ia berharap hutangnya dapat cepat lunas.
“Dan… Allah mengabulkan doanya secepat kilat. Begitu pulang dari pengajian,
saat menyebrang jalan, orang itu tertabrak mobil dan lunaslah hutangnya!” seru
Ustadz Yusuf Mansyur berapi-api.
Semua peserta melongo kemudian tertawa. Hampir semua menebak orang itu meninggal, sehingga si pemilik piutang mengikhlaskan hutangnya.
“Nggak!” koreksi Ustadz Yusuf Mansur cepat, “Dia cuma pingsan. Kebetulan yang nabrak orang kaya. Selain dibawa ke rumah sakit, dia juga melunasi hutangnya!”
Begitulah,kisah nyata keajaiban sedekah dari Yusuf Mansur, semoga kita menjadi bagian dari para ahli sedekah yang ikhlas dan mengingat Allah saja dalam bersedekah.
Semua peserta melongo kemudian tertawa. Hampir semua menebak orang itu meninggal, sehingga si pemilik piutang mengikhlaskan hutangnya.
“Nggak!” koreksi Ustadz Yusuf Mansur cepat, “Dia cuma pingsan. Kebetulan yang nabrak orang kaya. Selain dibawa ke rumah sakit, dia juga melunasi hutangnya!”
Begitulah,kisah nyata keajaiban sedekah dari Yusuf Mansur, semoga kita menjadi bagian dari para ahli sedekah yang ikhlas dan mengingat Allah saja dalam bersedekah.
4.
Dahsyatnya Sholawat
Dalam Alquran dikatakan: “Sesungguhnya Allah dan para
malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kalian untuk Nabi dan sampaikan salam penghormatan kepadanya”
(Q.S. al Ahzâb: 56).
Imam Al-Bukhari berkata, “Abul Aliyah berkata, “Shalawat
Allah Ta’ala kepada beliau adalah pujian-Nya kepada beliau di hadapan para
malaikat. Adapun shalawat para malaikat (kepada beliau) adalah bermakna doa
(mereka untuk beliau).”
Ketika Adam mengakui
kesalahannya, dia berkata: ‘Wahai Tuhanku, jika aku memohonmu atas nama
Muhammad, Engkau pasti akan mengampuniku’. Lalu Allah bertanya: ‘Wahai Adam,
bagaimana kau tahu tentang Muhammad sedang Aku belum menciptakannya?’ Adam
menjawab:’Tuhanku, sesungguhnya ketika Engkau menciptakanku, aku mengangkat
kepalaku, dan aku melihat di kaki ‘Arsy tertulis “Laa ilaha illa Allah,
Muhammadur Rasulullah”, dan aku tahu, bahwa Engkau tidak akan pernah
menyambungkan nama-Mu kecuali dengan ciptaan yang sangat Engkau cintai’. Allah
berfirman: ‘Kau benar wahai Adam, Muhammad adalah makhluk yang paling aku
cintai, dan ketika kau memohon kepadaku atas namanya, maka Aku telah
mengampunimu. Kalau bukan karena Muhammad, Aku tidak akan menciptakanmu”. Dalam
riwayat Imam Thabrani
Dari Umar bin Khathab secara mauquf, ”Sesungguhnya do’a
terhenti di antara langit dan bumi, ia tidak naik sama sekali, sehingga
disampaikan shalawat kepada Nabimu Shallallaahu alaihi wa Salam .” (Riwayat
at-Tirmidzi dishahihkan oleh al-Albani dengan hadits yang lain).
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya 10 kali”. (HR. Muslim: 384)
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya 10 kali”. (HR. Muslim: 384)
Abu Sulaiman Ad-Darani berkata,
“Barangsiapa
ingin memohon sebuah hajat, maka hendaklah memulainya dengan membaca shalawat
kepada Nabi lalu mengakhirinya dengan shalawat, karena Allah Subhânahu
wata‘âlâ akan mengabulkan shalawatnya dan dia terlalu dermawan untuk tidak
mengabulkan apa yang berada di antara keduanya.”
”Termasuk hari-hari kalian yang utama adalah hari Jum’at,
pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, pada hari itu ditiup sangkakala
dan terjadi suara keras yang mematikan. Maka perbanyak-lah shalawat atasku pada
hari itu, sesungguhnya shalawat kalian diperlihatkan kepadaku” (HR. Ahmad dan
Abu Dawud, dishahihkan oleh al-Albani)
KH Bisri Mustofa, Raudlatuth Tholibin Rembang. Gus Mus
berkali-kali mengatakan:
“Jika tiap bibir kita yang sedang menganggur komat-kamit mengucapkan “Shallaahu ‘ala Muhammad" (Ya Allah, limpahkan sholawat untuk Nabi Muhammad s.a.w.) terus-menerus sedikitnya setahun, kok tidak sukses - bahagia - tentram - sentosa, datangi aku, ludahi mukaku dan caci-makilah diriku!”
“Jika tiap bibir kita yang sedang menganggur komat-kamit mengucapkan “Shallaahu ‘ala Muhammad" (Ya Allah, limpahkan sholawat untuk Nabi Muhammad s.a.w.) terus-menerus sedikitnya setahun, kok tidak sukses - bahagia - tentram - sentosa, datangi aku, ludahi mukaku dan caci-makilah diriku!”
5.
Dahsyatnya sholat Dhuha
Bagaimana agar rezeki kita dimudahkan? Adakah ibadah
membantu kita untuk memperlancar datangnya rezeki? Ada dan shalat dhuha adalah jawabannya.
Shalat dhuha adalah ibadah shalat yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Shalat sunnat ini yang dilakukan seorang muslim saat waktu dhuha.Waktu dhuha
tiba saat matahari mulai naik, kira-kira tujuh hasta sejak terbitnya. Atau
sekitar pukul tujuh pagi hingga waktu dzuhur. Jumlah raka””at shalat dhuha, dari
dua hingga duabelas raka’at.
Berikut
ini adalah beberapa hadits Rasulullah Muhammad saw yang menceritakan tentang
keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:
* Sedekah bagi seluruh persendian
tubuh manusia
Dari
Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
“Di
setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan
subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah
sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir
adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari
kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).
Nabi SAW bersabda: “dalam
tubuh manusia terdapat 360 ruas tulang dan manusia harus melakukan amal
terhadap satu sama lainnya”. Mereka bertanya: ”Siapa yang bisa melakukannya,
wahai Rasulullah…??” Nabi SAW menanggapi: “Seseorang dapat menutupinya dengan
getah yang seseorang lainnya temukan di Mesjid atau memindahkan sesuatu yang
berbahaya dari jalanan. Jika seseorang tidak bisa melakukannya, dia dapat
melakukan sholat 2 raka’at pada waktu Dhuha dan itu sudah cukup baginya”.
*. Ghanimah (keuntungan) yang
besar
Dari
Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
Rasulullah
saw mengirim sebuah pasukan perang.
Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.
Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.
Mereka
akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya
ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat
jaraknya).
Lalu Rasulullah
saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari
mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan
cepat kembalinya?”
Mereka
menjawab; “Ya!
Rasul
saw berkata lagi:
“Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)
“Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)
* Sebuah rumah di surga
Bagi
yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di
dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:
“Barangsiapa
yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia
akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami`: 634)
* Memperoleh ganjaran di sore hari
Dari
Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
Allah
ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal
hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih
al-Jami: 4339).
Dalam
sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama
akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”
(Sesungguhnya
Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat
di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).
* Pahala Umrah
Dari
Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barang
siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat
wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang
keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang
melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).
Dalam
sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:
“Barang
siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah
usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat
(Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah.” (Shahih
al-Jami`: 6346).
* Ampunan Dosa
“Siapa
pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan istiqomah, akan diampuni dosanya oleh
Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi).
6.
Dahsyatnya Silaturrahim
“Siapa
yang ingin dipanjangkan jejak pengaruhnya dan diluaskan rizkinya, maka
hendaklah ia menyambung silaturrahim” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat
lain disebutkan, “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rizkinya,
maka hendaklah ia takut kepada Allah dan menyambung silaturrahim.”
hadits
riwayat Bukhari dan Muslim di atas, menurut Rasulullah Saw. silaturrahim
dapat membuat orang yang rajin mensyiarkannya memperoleh keluasan rizki dan
panjang umur. Luas rizki artinya Allah Swt. membukakan pintu-pintu rizki dari
berbagai arah, termasuk melalui orang-orang yang disilaturrahiminya.
Bahkan, harus kita akui, ternyata rezki yang Allah berikan kepada kita lebih
banyak melalui perantaraan orang lain.
Berapa banyak orang yang telah menjadi batu pijakan kita menuju tangga
kesuksesan. Kita dapat mulai merunut dari orang pertama yang memberi informasi
adanya lowongan kerja di sebuah perusahaan, atau seseorang yang mengajarkan
kita berwirausaha. Lalu, ada teman lain memberi tahu peluang kerja yang lebih
baik, hingga kita meninggalkan pekerjaan lama dan meniti jenjang karir yang
lebih tinggi.
Kita juga mungkin masih ingat orang yang menginformasikan adanya peluang
beasiswa pendidikan sarjana ke luar negeri. Mereka itulah batu pijakan kita.
Orang-orang yang menjadi perantara datangnya rizki dari Allah Swt. Dan kita pun
mungkin pernah menjadi batu pijakan bagi orang lain menuju tangga kesuksesan.
Maka memasyarakatkan silaturrahim bisa dikatakan sebagai hajah
basyariyah (kebutuhan manusia), karena memang kita butuh bantuan orang
lain. Bahkan mungkin merupakan dharuratun ‘amal (desakan kerja),
lantaran kita tak dapat bekerja dengan baik tanpa bantuan orang lain.
Manusia tak mampu menggapai rembulan dengan tangannya sendiri. Tak sanggup
memikul beban tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, seorang pengusaha
sukses umumnya memiliki hubungan sosial yang luas, baik di lingkungan tempat
tinggalnya maupun di kalangan para pengusaha.
Bukti konkrit untuk hal itu adalah munculnya berbagai jaringan pengusaha dan
organisasi profesi sebagai sarana lobi. Kita mengenal banyak organisasi
profesi, seperti HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia),
REI (Real Estate Indonesia),
IDI (Ikatan Dokter Indonesia),
PII (Persatuan Insinyur Indonesia),
ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia),
dan lain-lain. Organisasi-organisasi profesi tersebut adalah wadah bagi
sekelompok manusia untuk melakukan silaturrahim sekaligus lobi bisnis.
Ber-silaturrahim-lah karena kita tidak tahu melalui jalan mana Allah
Swt. mencurahkan rizkinya kepada kita. Sebab, tak seorang pun meninggal dunia, kecuali telah disempurnakan rizkinya.
Lalu, bagaimana silaturrahim bisa membuat panjang umur? Lisa Berkman dan
rekan-rekan sekerjanya di Universitas California di Barkeley melakukan
penelitian intensif terhadap tujuh ribu orang dewasa selama sembilan tahun.
Mereka mendapatkan bahwa orang-orang yang hubungan sosialnya lemah mempunyai
tingkat kematian dua sampai lima
kali lipat lebih tinggi daripada mereka yang hubungan sosialnya kuat.
Penelitian lain di Universitas Syracuse terhadap empat ratus warga kota dewasa
Rockford Illinois menemukan bahwa orang-orang yang sering mengunjungi
teman-teman dan tetangga lebih besar kemungkinannya memiliki tingkat kesehatan
yang lebih baik daripada mereka yang melewatkan sedikit waktu dengan orang
lain.
Secara sederhana hal itu dapat dijelaskan bahwa orang yang rajin ber-silaturrahim,
mengunjungi tetangganya, menjenguk saudaranya, dan menziarahi teman-teman
lamanya akan membuat hidupnya lebih bergairah. Ia dapat bertukar pikiran,
bertukar pengalaman, berbagi rasa dengan orang-orang yang ditemuinya. Bersamaan
dengan itu, ia juga bisa memberikan nasihat, masukan, usul, dan solusi kepada
orang lain.
Suasana seperti itu tentu akan membuat hidupnya lebih bermakna. Di mana-mana
ada saudara, kerabat, dan teman dekat. Dunia terasa sangat luas. Dan waktu
berjalan begitu cepat. Hidup dalam suasana seperti itu laksana berkendaraan di
atas jalan bebas hambatan. Tak ada gangguan yang berarti. Dunia di kanan dan
kirinya selalu tersenyum. Bukankah orang seperti itu akan panjang umur. Kalau
pun umurnya pendek, paling tidak orang-orang akan mengenang jasanya,
keramahannya, murah senyumnya, kedermawanannya, toleransinya, dan segala
kebaikannya.
Berbeda dengan orang yang kuper, introvet, eksklusif, selalu mengurung diri,
dan jarang ber-silaturrahim. Wawasannya tidak berkembang. Pikirannya
buntu. Perasaannya kacau-balau. Tetangga di kanan kirinya, seolah-olah seperti
musuh yang tengah mengincar untuk menerkamnya. Ia merasa bahwa orang lain tidak
menyukainya. Perasaan itu membuatnya selalu curiga dan berprasangka buruk pada
orang lain.
Hidup dalam suasana seperti itu tentu akan membuat orang stres, tidak
bergairah, dan mungkin akan mengakibatkan depresi. Dunia terasa sempit. Waktu
seperti berjalan di tempat. Orang seperti itu tidak bisa menikmati hidup, tidak
bisa menghargai hidup, dan tidak mampu memaknai hidup. Akhirnya, hidup menjadi
beban yang harus segera diakhiri. Orang seperti itu tentu akan cepat mati, lantaran
tidak memiliki semangat hidup. Bila orang itu tidak bermanfaat bagi masyarakat,
bahkan menjadi duri dalam daging, mungkin orang-orang akan senang bila ia cepat
mati.
Hidup bermasyarakat tentu tak pernah lepas dari kesalahpahaman yang membuat
rusaknya tali silaturrahim. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. menjelaskan
tentang pentingnya saling menghargai di antara sesama anggota masyarakat,
sebagaimana sabdanya, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia memuliakan tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya” (HR Bukhari).
Silaturrahim dapat menghilangkan kesalahpahaman, mengikis
kebencian, dan menutup pintu su`uzhzhon (berprasangka buruk). Orang yang
senantiasa bersilaturraahim memiliki jiwa yang tenang dan pikiran yang
jenih, lantaran ia tak pernah membenci orang lain, dan orang lain suka
kepadanya. Silaturrahim adalah resep praktis untuk mengobati stress.
Karena ketika seseorang menghidupkan tali silaturahim, terhapuslah
penyakit hasad, iri, dan dengki yang mengotori hati dan merusak pikiran.
7.
Dahsyatnya bersyukur
Bersyukur menyimpan kekuatan penuh untuk merealisasikan mimpi
menjadi kenyataan. Bersyukur seperti lem yang merekatkan hukum-hukum universal
seperti hukum atraksi, kelimpahan, relativitas, polaritas, balas jasa, dll.
syukur dan sukses, adakah kaitannya? Ah, jangan
ditanya. Erat sekali kaitannya. Anda sudah baca buku kecil berpengaruh besar The Secret? Dipaparkan di sana, syukur adalah anak
tangga mutlak untuk memastikan kesuksesan. Wejangan si pengarang,
"Bayangkanlah hal-hal yang Anda dambakan dengan penuh rasa syukur,
seakan-akan Anda sudah menerimanya. Dengan demikian, Anda akan menerimanya
segera!" Inilah hasil kerja dari hukum tarik-menarik
Bersyukur
membebaskan Anda dari ketergantungan terhadap hasil akhir (outcome). Anda tidak
bisa terbebas dari suatu kondisi secara permanen kecuali Anda menghargai setiap
momen yang terjadi disana. Seburuk apapun suatu kondisi, selalu ada berkah yang
bisa kita ambil. Berkah ini adalah hadiah (gift) dari yang Maha Kuasa.
Alkisah
, Di sebuah kerajaan, sang raja memiliki kegemaran berburu.
Suatu hari, ditemani penasehat dan
pengawalnya raja pergi berburu ke hutan.
Karena
kurang hati-hati, terjadilah kecelakaan, jari kelingking raja
terpotong oleh pisau yang sangat tajam. Raja bersedih dan meminta
pendapat dari seorang penasihatnya. Sang penasehat mencoba menghibur dengan
kata-kata manis, tapi raja tetap sedih.
Karena
tidak tahu lagi apa yang mesti diucapkan untuk menghibur raja, akhirnya
penasehat itu berkata: "Baginda, apa pun yang terjadi patut
disyukuri".
Mendengar ucapan penasehatnya itu sang raja langsung marah besar
: "Kurang ajar ! Kena musibah bukan dihibur tapi malah disuruh
bersyukur...!"
Lalu raja memerintahkan pengawalnya untuk menghukum penasehat
tadi dengan hukuman tiga tahun penjara.
Hari terus berganti.
Hilangnya jari kelingking ternyata tidak membuat raja menghentikannya berburu.
Suatu hari, raja bersama penasehatnya yang baru dan rombongan, berburu ke hutan
yang jauh dari istana. Tidak terduga, saat berada di tengah hutan, raja dan
penasehat barunya tersesat dan terpisah dari rombongan. Tiba-tiba, mereka
dihadang oleh orang-orang suku primitif. Keduanya lalu ditangkap dan diarak
untuk dijadikan korban persembahan kepada para dewa.
Sebelum dijadikan persembahan kepada para dewa, raja dan penasehat
barunya dimandikan. Saat giliran raja yang dimandikan, ketahuan kalau
salah satu jari kelingkingnya terpotong, yang diartikan sebagai tubuh yang
cacat sehingga dianggap tidak layak untuk dijadikan persembahan kepada
para dewa. Akhirnya, raja ditendang dan dibebaskan begitu saja oleh orang-orang
primitif itu. Dan penasehat barunya yang dijadikan persembahan kepada para
dewa.
Dengan susah payah, akhirnya raja berhasil keluar dari hutan dan
kembali keistana. Setibanya di istana, raja langsung memerintahkan supaya
penasehat yang dulu dijatuhinya hukuman penjara segera dibebaskan.
"Penasehatku, aku berterimakasih kepadamu. Nasehatmu ternyata benar, apa
pun yang terjadi kita patut bersyukur. Karena jari kelingkingku yang terpotong
waktu itu, hari ini aku bisa pulang dengan selamat. . . . " Kemudian, raja
menceritakan kisah perburuannya waktu itu secara lengkap.
Setelah mendengar cerita sang raja, buru-buru sipenasehat berlutut
sambil berkata: "Terima kasih baginda. Saya juga bersyukur baginda
telah memenjarakan saya waktu itu. Karena jika saya tidak dipenjara, maka bukan
penasehat yang baru itu yang akan jadi korban, melainkan saya yang bakal diajak
baginda ikut berburu dan sayalah yang akan menjadi korban dipersembahkan kepada
dewa oleh orang-orang primitif. Sekali lagi terima kasih baginda telah
memenjarakan saya, sehingga saya tetap selamat saat ini."
----------------
seorang ibu yang sedang terapung
di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia.
Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki.
Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya.
Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga".
Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki.
Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya.
Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga".
---------------------
Sebutir Debu di Kedipan Mata
Betapa
kalang kabut orang yang matanya kemasukan debu. Terasa perih. Mengganjal.
Sakit, berurai air mata. Dan, tidak bisa melihat apa Baja.
Lebih
kalang kabut, kalau debu tidak juga mau keluar. Ditiup, tak mau keluar.
Dirambang air juga tak mau keluar. Dikucek-kucek, semakin perih. Mata memerah
berurai air mata. Tak bisa melakukan aktifitas apa-apa. Bahkan berkedip pun terasa
sakit. Sungguh tersiksa...
Tapi
betapa jarangnya kita berpikir, seandainya mata kita terganggu seperti itu.
Sangat merepotkan dan tersiksa. Siapakah yang bisa menolong kita selain Allah?
Barangkali anda akan mengatakan, "bukankah dokter bisa menolong
kita"?
Ya,
kalau dokter itu pun dicobai oleh Allah dengan problem mata seperti itu, tidak
ada yang bisa menghalangi. Betapa banyaknya, dokter jantung terkena penyakit
jantung. Dokter saraf terkena penyakit saraf. Dan dokter mata terkena penyakit
mata. Tidak ada yang bisa menjamin, bahwa dokter adalah jaminan atas segala
problem kesehatan kita.
Itu
baru persoalan sebutir debu masuk mata. Belum lagi, soal-soal yang lebih serius
berkaitan dengan kesehatan mata kita. Banyak sekali penyakit mata aneh-aneh
yang diderita oleh manusia di muka bumi ini.
Sehingga,
soal kedipan mata saja, sebenarnya adalah persoalan yang serius dalam kesehatan
kita. Bayangkan kalau anda tidak bisa berkedip. Apa jadinya? Setiap kedipan itu
membawa nikmat tiada berhingga bagi kesehatan mata kita.
Berkedip
adalah mekanisme untuk menetralisir kembali kondisi mata yang kering dan
kelelahan. Orang yang melotot terus di depan komputer selama berjam-jam
dianjurkan untuk sering berkedip-kedip agar matanya tidak cepat rusak.
Radiasi
layar komputer yang mengenai mata kita terus menerus akan menyebabkan pemanasan
terhadap kornea mata. Ini bisa menyebabkan kekeruhan dalam jangka panjang.
Dengan sering berkedip, mata kita akan basah dan sejuk kembali.
Coba
bayangkan, setiap kedipan mata itu, Allah memberikan nikmat dan penjagaan
kepada mata kita. Dengan ketelitian yang sangat tinggi. Kandungan air, protein,
dan mineral yang terdapat di dalam air mata kita itu terukur dengan cermat.
Setiap berkedip Allah mengusap bola mata kita. Subhanallah. Tapi kita tidak
merasakannya. Biasa saja.
Coba
hitung berapa kalikah Allah mengusap mata kita lewat kedipan itu dalam sehari
semalam. Saya hitung, dalam setiap menit, seseorang bisa berkedip antara 60
sampai 80 kedipan. Anggap saja 70 kedipan. Maka dalam 1 jam kita berkedip
sebanyak 4.200 kali. Dalam sehari, di luar tidur, kita berkedip sekitar 16 jam
x 4200 = 67.200 kali.
Dalam
setahun kita bekedip 24.192.000 kali. Dan pada orang yang berumur 40 tahun,
mereka sudah berkedip sekitar 967,68 juta kali. Subhanallah. Hampir 1 miliar
kali Allah mengusap mata kita agar tidak cepat rusak dan sakit, sehingga
merepotkan pemiliknya. Pernahkah kita berterima kasih? Tidak. Kalau pun ada,
sangatlah jarang. Tapi, Allah tetap saja menyayangi kita. Memberikan kemampuan
berkedip untuk menjaga kesehatan mata kita.
Maka
betapa indahnya kalau setiap bangun tidur membuka mata, di pagi hari, kita
lantas teringat kepada nikmat Allah yang demikian besar itu. Allah memberikan
ijin agar kita masih bisa membuka mata, dan berkedip.
Belum
lagi kita bicara hidung, telinga, lidah, mulut, gigi, jantung, liver, ginjal,
otak dan lain sebagainya. Bertriliun-triliun kondisi kesehatan kita
dikendalikan oleh Allah dengan kecermatan yang tiada tara
----
Nikmat
Allah ta’ala yang dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya itu sangat banyak,
sehingga tidak ada seorang pun yang mampu menghitungnya, sebagaimana firman
Allah ta’ala:
“Apabila kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan bisa menghitungnya”. (QS. An Nahl : 18)
“Apabila kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan bisa menghitungnya”. (QS. An Nahl : 18)
Matematika
bersyukur
Bersyukur = Nikmat+Nikmat
Bersyukur+Bersyukur = Nikmat+Nikmat+Nikmat
Bersyukur+Bersyukur+Bersyukur = Nikmat+Nikmat+Nikmat+Nikmat
n = n + 1 ?
Dan jika manusia tidak bersyukur, nikmat itu tidak hilang karena Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang:
Bersyukur = Nikmat + Nikmat
Bersyukur - Bersyukur = Nikmat + Nikmat - Nikmat
0 = Nikmat + 0
0 = 1 + 0 ?
Bersyukur+Bersyukur = Nikmat+Nikmat+Nikmat
Bersyukur+Bersyukur+Bersyukur = Nikmat+Nikmat+Nikmat+Nikmat
n = n + 1 ?
Dan jika manusia tidak bersyukur, nikmat itu tidak hilang karena Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang:
Bersyukur = Nikmat + Nikmat
Bersyukur - Bersyukur = Nikmat + Nikmat - Nikmat
0 = Nikmat + 0
0 = 1 + 0 ?
KEUTAMAAN
BERSYUKUR
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, maka pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu”. (QS. Ibrahim : 7)
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, maka pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu”. (QS. Ibrahim : 7)
“Tidaklah Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman. dan Allah
adalah Maha Memberi lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nisaa’ : 147)
“Dan Allah akan memberi ganjaran pahala bagi orang-orang yang bersyukur ”. (QS.
Ali ‘Imran : 144)
Bagaimanakah Mensyukuri Nikmat
Allah?
“Ingatlah
kamu kepadaKu niscaya Aku akan ingat kepadamu, bersyukurlah kepadaKu dan jangan
kamu kufur (ingkar)”. (QS. Al Baqarah : 152)
Agar dapat mewujudkan rasa syukur kepada Allah ta’ala atas segala limpahan nikmat-Nya, maka ada 3 cara yang harus ditempuh oleh seorang hamba, yaitu:
a.
Bersyukur Dengan Hati.
Maksudnya seorang hamba mengetahui dan mengakui bahwa semua kenikmatan yang ada pada dirinya itu datangnya dari Allah ta’ala. Tidak boleh sedikit pun merasa bahwa kenikmatan apapun yang dimilikinya baik berupa harta kekayaan, kedudukuan atau jabatan, kesehatan atau kesuksesan lainnya adalah diperoleh karena hasil jerih payanya sendiri, atau karena ilmu dan ketrampilan yang dimilikinya, bukan karena kehendak Allah ta’ala.
Maksudnya seorang hamba mengetahui dan mengakui bahwa semua kenikmatan yang ada pada dirinya itu datangnya dari Allah ta’ala. Tidak boleh sedikit pun merasa bahwa kenikmatan apapun yang dimilikinya baik berupa harta kekayaan, kedudukuan atau jabatan, kesehatan atau kesuksesan lainnya adalah diperoleh karena hasil jerih payanya sendiri, atau karena ilmu dan ketrampilan yang dimilikinya, bukan karena kehendak Allah ta’ala.
b.
Bersyukur Dengan Lisan.
Yaitu lisan seorang hamba yang beriman selalu mengucapkan puji syukur kepada Allah setiap kali mendapatkan suatu kenikmatan, baik dengan ucapan الحمد لله (Alhamdulillah) atau membasahi lidahnya dengan doa dan dzikir yang maknanya mengandung puja-puji syukur kepada-Nya.
Yaitu lisan seorang hamba yang beriman selalu mengucapkan puji syukur kepada Allah setiap kali mendapatkan suatu kenikmatan, baik dengan ucapan الحمد لله (Alhamdulillah) atau membasahi lidahnya dengan doa dan dzikir yang maknanya mengandung puja-puji syukur kepada-Nya.
c.
Bersyukur Dengan Anggota Badan.
Segala nikmat yang dirasakan oleh orang yang beriman, akan dijadikan sebagai pendorong baginya untuk lebih banyak dan bersemangat di dalam beribadah kepada Allah. Sehingga semakin banyak kenikmatan yang diperolehnya, maka semakin meningkat pula ibadahnya kepada Allah.
Dan termasuk dalam makna bersyukur dengan anggota badan ialah menjaga dan menjauhkan anggota badan dari segala perbuatan dosa dan maksiat yang mendatangkan dosa dan kemurkaan dari Allah.
Segala nikmat yang dirasakan oleh orang yang beriman, akan dijadikan sebagai pendorong baginya untuk lebih banyak dan bersemangat di dalam beribadah kepada Allah. Sehingga semakin banyak kenikmatan yang diperolehnya, maka semakin meningkat pula ibadahnya kepada Allah.
Dan termasuk dalam makna bersyukur dengan anggota badan ialah menjaga dan menjauhkan anggota badan dari segala perbuatan dosa dan maksiat yang mendatangkan dosa dan kemurkaan dari Allah.
Di
antara salah satu cara agar kita mampu menjadi hamba Allah yang selalu
bersyukur kepada-Nya ialah dengan melihat kepada orang-orang yang derajatnya
dalam urusan dunia di bawah kita, seperti melihat masih banyaknya orang yang
lebih miskin daripada kita dalam hal harta benda. Atau kita melihat kepada
orang-orang yang kurang sempurna dalam hal fisik (cacat jasmani), sementara
kita memiliki fisik atau badan yang sempurna dan sehat. Adapun dalam urusan
agama dan akhirat (yakni keimanan dan ketaatan, atau ilmu dan amal ibadah),
maka hendaknya kita melihat kepada orang-orang yang kedudukannya lebih tinggi
daripada kita. Karena dengan demikian, kita semakin terdorong untuk bersemangat
dalam menambah keimanan, ilmu agama, dan amal ibadah, serta semakin
sungguh-sungguh untuk menjauhi segala perbuatan dosa dan maksiat yang akan
menghancurkan dan menyengsarakan kehidupan kita di dunia dan akhirat.
Kita
memohon kepada Allah ta’ala agar menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya
yang selalu bersyukur atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya, dan
menganugerahkan kepada kita kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.
8. Dahsyatnya SABAR dan TAWAKAL
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', [QS 2:45]
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhan-nya,
dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. [QS 2:46]
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', [QS 2:45]
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhan-nya,
dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. [QS 2:46]
“Wahai
orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah: 153)
“Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(Yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan ”Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun”.
Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan secara sempurna dan rahmat dari
tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ” (Al-Baqarah: 155-157).
Mereka (orang-orang sabar) tidak menjadi lemah karena
bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula)
menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Qs. Ali-Imran: 146)
“karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.” (Qs. Al-Insyirah: 5-6)
Apakah
sabar ada batasnya? Kita mungkin sering mendengar kata-kata seperti ini “ orang
sabar itu kan
ada batasnya”. Ternyata hal itu tidak benar. Sabar ternyata tanpa batas. Jika
ada batas, berarti itu bukan lagi sabar. Sebagian orang kadang mengeluh kenapa
yaa, cobaan atau kesulitan selalu datang pada diri mereka. Setiap ketetapan
Allah terhadap hamba-Nya selalui disertai dengan maksud. Cobaan yang Dia
berikan kepada makhluk-Nya adalah cara-Nya untuk menguji kesabaran hamba-hamba
tersebut. Jika seseorang lolos dalam ujian tadi, maka Allah akan mengangkat
derajat orang itu ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini bisa dianalogikan
dengan para murid yang harus mengikuti kegiatan ujian jika mereka ingin naik ke
kelas yang lebih tinggi levelnya.
Rasulullah
saw pernah bersabda kalau kita berdoa maka “desak” lah Allah, tunjukkan kalau
kita benar-benar mengaharap pertolongan-Nya. Akan tetapi Allah bukan manusia,
pikiran Allah Maha Sempurna. Pertolongan Allah tidak harus sesuai dengan yang
kita pikirkan. Allah SWT berhak menolong kita dengan berbagai cara. Bahkan,
lebih canggih dari yang kita bayangkan. Oleh karena itu, pasrahkan saja setelah
meminta, kemudian lihatlah betapa cantik pertolongan-Nya
Ikhtiar itu adalah
perintah-Nya terhadap jasad lahiriyah kita, sedangkan tawakal adalah perintah-Nya
terhadap hati kita
Tawakal ≠ Bermalas-malasan
Bertawakal kepada Allah bukan berarti meninggalkan usaha.
Nabi Allah, Muhammad SAW sendiri merupakan orang yang paling cintadan paling
bertawakal kepada Allah, akan tetapi beliau sendiri berusaha untuk mencari
rizki dengan cara berdagang. Dalam haditsnya seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah lalu ia berkata: "Wahai Rasulullah, saya ikat (hewan tunggangan
saya) lalu bertawakal atau saya lepas lalu bertawakal?" Beliau menjawab:
"Ikatlah lalu bertawakal"
Jadi kita tahu sebelum bertawakal kita harus berusaha
(ikhtiar), malah salah satu ciri orang bertawakal adalah ikhtiar dan
istikharah.
Manfaat
Tawakal kepada Allah SWT
Dicukupkan Rizkinya dan merasakan ketenangan"Dan, barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang yang dikehendaki-Nya"(At Thalaq 33).
Dicukupkan Rizkinya dan merasakan ketenangan"Dan, barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang yang dikehendaki-Nya"(At Thalaq 33).
Dan
kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah
dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah
kepada-Nya. Dan sekali-kali Rabbmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan (QS
Hud :123)
Dikuatkan
dan dijauhkan dari Syetan. "Sesungguhnya syaitan itu tidak ada
kekuasaannya atas orang-orang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya"(An
Nahl:99)
Tawakal
adalah hal terindah sebagai penutup bagi setiap kegiatan dan usaha.
HATI-HATI dengan HATI
Kadangkala ketika rezeki kita mulai mengalir, ada rasa
bangga dalam diri. Seolah-olah kita merasa bahwa ini semua adalah hasil dari
kerja keras dan semangat pantang menyerah yang ada dalam diri kita. Kita merasa
super hebat dan luar biasa. Kita lupa bahwa kesemuanya itu tidak terlepas dari
faktor “x” yaitu Maha Pemurah dan Pengasihnya Allah.
Ketika itu terjadi, maka bersiaplah karena itu adalah
titik balik dari tanjakan kesuksesan kita. Dan itulah titik balik dimana kita
bukannya naik malah terus meluncur ke bawah. Bukankah Allah sudah berfirman “…
Aku adalah seperti prasangka hambaku…”. Maka, pada saat kita berpongah-pongah
ria dan lupa kepadaNya, maka Dia akan menganggap kita tidak membutuhkannya
lagi. Disaat itulah Allah berpaling dari kita dan mencabut faktor “x” yang
sebetulnya banyak mendominasi keberhasilan usaha kita.